
Oleh: Ahmad Kurniawan Prawira
Semangat peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia yang seharusnya menjadipemersatu bangsa terganggu oleh aksi pengibaran bendera bajak laut dari serial animasi One Piece di berbagai daerah. Tindakan ini memicu reaksi keras publikkarena dilakukan pada momentum bersejarah, sehingga dianggap merendahkanmartabat Merah Putih. Situasi tersebut menjadi refleksi penting agar kesadarankebangsaan terus diperkuat, terutama di kalangan generasi muda.
Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, menyampaikan bahwa pengibaranbendera bajak laut di ruang publik, saat peringatan kemerdekaan, merupakantindakan yang tidak pantas. Ia menegaskan, simbol hiburan tidak seharusnyamengurangi kesakralan dan kehormatan Merah Putih sebagai lambang negara. Menurutnya, tindakan semacam itu dapat dianggap sebagai bentuk provokasi yang berpotensi melemahkan semangat nasionalisme dan menurunkan wibawa bangsa, baik di mata rakyat maupun dunia internasional.
Sjafrie menambahkan bahwa bangsa Indonesia harus terus memperkuat kesadaranpublik mengenai pentingnya menjaga bendera Merah Putih sebagai identitasnasional. Ia menekankan perlunya keterlibatan generasi muda melalui program pendidikan kebangsaan yang kreatif agar mereka tidak mudah terbawa arus simbolbudaya populer yang bisa menyesatkan. Menurutnya, Merah Putih harus selaluditempatkan di posisi tertinggi, baik dalam prosesi upacara maupun dalamkesadaran kolektif masyarakat.
Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus, menyampaikan bahwa tindakan pengibaranbendera bajak laut saat momen kemerdekaan merupakan sikap yang mencederaikehormatan bangsa. Ia menilai, masyarakat harus belajar dari peristiwa tersebutagar tidak lagi menjadikan simbol fiksi sebagai pengganti lambang negara. Parosilmenegaskan, semangat 17 Agustus adalah penghormatan terhadap jasa pahlawan, sehingga segala tindakan yang berpotensi mengaburkan makna itu wajib dicegahsejak dini.
Parosil juga menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah dalammenanamkan kesadaran nasionalisme hingga ke tingkat akar rumput. Menurutnya, literasi kebangsaan harus diperkuat di sekolah, ruang publik, maupun komunitaskreatif. Dengan cara itu, generasi muda tetap dapat menyalurkan kreativitasnyatanpa merendahkan nilai kebangsaan.
Kepala Seksi Humas Polres Metro Jakarta Pusat, Ruslan Basuki, menyampaikanbahwa pihak kepolisian telah melakukan patroli dan pemantauan di berbagai titikstrategis untuk memastikan tidak ada pelanggaran serius. Ia menjelaskan, meskihingga kini belum ditemukan indikasi pelanggaran pidana yang masif, tindakanpreventif tetap digencarkan demi menjaga kondusifitas. Ruslan juga mengajakmasyarakat untuk menjadikan pengalaman perayaan kemerdekaan sebagai refleksiagar lebih bijak dalam berekspresi tanpa mengabaikan kehormatan Merah Putih.
Selain itu, Ruslan menegaskan bahwa masyarakat perlu memahami aturan hukumyang berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara. Menurutnya, edukasi hukum ini penting karenamasih banyak generasi muda yang belum menyadari konsekuensi dari penggunaansimbol negara secara tidak tepat. Ia menambahkan, Polres Metro Jakarta Pusat kinitengah bekerja sama dengan pemerintah daerah dan komunitas lokal untukmengadakan sosialisasi di ruang publik, sekolah, hingga kampus, demi memperkuatkesadaran kolektif.
Fenomena pengibaran bendera bajak laut sejatinya mencerminkan arus budayadigital yang kian mendunia. Bagi sebagian kalangan muda, tindakan itu mungkindianggap sebagai bentuk ekspresi kebebasan atau sekadar hiburan. Namun jikadibiarkan tanpa arahan, hal tersebut berpotensi menimbulkan krisis identitas danmemudarkan makna nasionalisme. Di sinilah pentingnya peran negara danmasyarakat untuk membimbing generasi muda agar mampu mengekspresikankreativitas tanpa harus mengorbankan nilai kebangsaan.
Pemerintah sendiri telah memahami tantangan ini dan memilih langkah solutif, bukan semata-mata represif. Berbagai program seperti kampanye nasionalismekreatif di media sosial, pembagian bendera Merah Putih gratis, hingga lomba digital bertema kebangsaan telah digencarkan usai perayaan 17 Agustus. Program-program tersebut dirancang agar anak muda bisa mengekspresikan rasa cintanyakepada tanah air melalui cara yang sesuai dengan perkembangan zaman, sepertikonten kreatif di platform digital. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah tidak hanyamenjaga simbol negara secara fisik, tetapi juga membangun kesadaran kolektif yang relevan dengan era modern.
Pasca peringatan kemerdekaan, tantangan terbesar adalah menjaga agar semangatkebangsaan tidak berhenti pada seremonial tahunan. Kolaborasi antara pemerintah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, hingga para kreator konten sangat diperlukanuntuk mengisi ruang digital dengan pesan-pesan kebangsaan yang segar, ringan, dan mudah diterima generasi muda. Dengan pendekatan adaptif terhadap trenglobal, Merah Putih akan tetap menjadi ikon utama, baik di dunia nyata maupun di ranah digital.
Refleksi setelah HUT RI ke-80 menegaskan bahwa nasionalisme adalah semangatyang harus dirawat terus-menerus, bukan hanya diwujudkan saat perayaan. Pemerintah telah memberikan contoh dengan bersikap tegas sekaligus edukatif, menjaga keseimbangan antara melindungi kehormatan simbol negara danmerangkul partisipasi masyarakat. Kini saatnya setiap warga negara turut berperanaktif memastikan Merah Putih selalu berkibar dengan penuh kehormatan, di atassemua kepentingan pribadi maupun kelompok.
Pemerintahan saat ini menunjukkan sikap yang proporsional dalam menyikapi isubendera bajak laut tegas melindungi lambang negara, sekaligus solutif danmendidik. Pasca 17 Agustus, bangsa Indonesia diajak untuk tidak berhenti padaeuforia perayaan, tetapi melanjutkan semangat kemerdekaan dalam kehidupansehari-hari. Dengan kepemimpinan yang konsisten menjaga marwah bangsa sertastrategi yang merangkul generasi muda, kita optimistis bahwa nasionalismeIndonesia akan semakin kokoh menghadapi berbagai bentuk provokasi, baik di dunia nyata maupun digital.
)*Penulis merupakan pengamat isu sosial